Menurut International Energy Agency (2007), sekitar 45% energi primer di Indonesia dikonsumsi oleh bangunan, sehingga sektor bangunan bertanggung jawab terhadap emisi gas rumah kaca (GRK) dalam proporsi siginifikan.
Melalui implementasi hemat energi (pada desain dan operasional bangunan), pengelola bangunan akan meraih keuntungan finansial besar, ikut membantu mengurangi emisi GRK.
Banyak contoh sukses gerakan hemat listrik. Di California misalnya, kompleks Capitol East End menghemat hingga Rp. 300 juta per bulan melalui program efisiensi energi. Contoh lain, gedung Asian Development Bank (ADB) di menghemat tagihan listrik US$ 730 ribu pada 1999 setelah menerapkan program hemat energi.
Secara umum, menurut textbook, program hemat energi yang terencana dan konsisten potensial menghemat antara 20% - 70% dari konsumsi energi di gedung normal lain. Dari aspek lingkungan hidup, menghemat energi berarti mengurangi pembakaran bahan bakar fossil sehingga mengurangi emisi GRK penyebab pemanasan global.