Pembahasan mengenai keberadaan warna secara ilmiah baru dimulai dari hasil temuan Isaac Newton yang dimuat dalam bukunya “Optics” (1704). Ia menyatakan warna ada dalam cahaya. Hanya cahaya satu-satunya sumber warna bagi setiap benda.
Pendapat yang dinyatakan Newton didasarkan pada penemuannya dalam sebuah eksperimen sederhana (1966). Dari pencobaannya, Newton menyimpulkan bahwa apabila dilakukan pemecahan warna spektrum dari sinar matahari, akan ditemukan warna-warna yang beraneka ragam meliputi merah, jingga, kuning, hijau, biru, dan ungu warna-warna ini sering disebut dengan mejikuhibiniu. Warna-warna tersebut bisa kita lihat ketika muncul pelangi setelah hujan reda
Yang kemudian dikenal sebagai susunan spektrum dalam cahaya. Jika spektrum cahaya tersebut dikumpulkan dan diloloskan kembali melalui sebuah prisma, cahaya tersebut kembali menjadi cahaya putih. Jadi, cahaya putih (seperti cahaya matahari) sesungguhnya merupakan gabungan cahaya berwarna dalam spektrum.
Newton menyimpulkan benda-benda sama sekali tidak berwarna tanpa ada cahaya yang menyentuhnya. Mata manusia memiliki berbagai penangkap/penerima cahaya (fotoreseptor) untuk menangkap berbagai jenis warna cahaya yang memantul dari sebuah benda. Misalnya sebuah benda tampak kuning karena fotoreseptor pada mata manusia menangkap cahaya kuning yang dipantulkan oleh benda tersebut, dsb.
Pernyataan Newton menimbulkan kontroversi dengan pendapat yang selama itu dikenal dan diketahui oleh banyak orang. Pernyataannya sulit diterima, karena warna kelihatannya merupakan bagian yang memang tidak terpisahkan dari segala sesuatu yang dilihat manusia. Orang lebih mengenal suatu benda berwarna hijau karena memang benda tersebut memiliki warna hijau, atau misalnya karena diwarnai cat hijau.
Penemuan Newton membutuhkan suatu usaha besar untuk melupakan apa yang sudah dipelajari dan dikenal (bahkan manusia modern pun seringkali masih dibingungkan, sebab biasanya pengetahuan orang pertama kali tentang warna berasal dari kotak cat). Konsep cahaya dan warna yang dinyatakan Newton sulit dipahami. Sehingga seiring berjalannya waktu pendapatnya mulai dilupakan dan kalah populer dengan pengenalan banyak orang.